Liburan Bersama Dua Wanita Cantik Yang Sama-Sama Menyukai ku
Cerita panas sejenis, cerita lesbi antara 3 cewek cantik dan seksi ketika liburan dengan judul “ Liburan Bersama Dua Wanita Cantik Yang Sama-Sama Menyukai ku ” yang tidak kalah serunya dan dijamin dapat meningkatkan libido seks, selamat menikmati.
“Wah, badanmu seksi juga ya?” ujarnya.
“Tentu saja, habis saya rajin senam sich”
“Oh ya, ada film bagus nich, nonton yuk” ajak Ana sambil menggandeng saya untuk menonton TV di ruang tengah.
“Bentar Na, kuganti baju dulu ya” jawabku sambil memakai BH dan kaos longgar serta celana pendek.
“Kutunggu ya..”
“Ya”. Kemudian Levana sudah duduk di depan TV sambil makan camilan, sedang saya masih sibuk membereskan baju yang berserakan.
“Okey, duduk dekat sini” pinta saya pada Ana untuk duduk di sofa agar nyaman menonton film itu.
“Hush, ngaco kamu Tika, kita ini sama-sama cewek tau” jawabnya sambil monyong, namun itu justru menambah gairah saya semakin tinggi.
“Daripada kamu megang sendiri, hayoo” jawab saya tak mau kalah sambil meraba payudaranya.
“Wah, susumu besar juga ya?” kata Levana kagum melihat payudara saya yang sudah tegak, sambil juga melepaskan dasternya, bahkan celana dalamnya pun ikut dilepaskan juga hingga kami menjadi sama-sama bugil.
“Belum, emangnya kenapa?”
“Masak, cewek secantik kamu belum punya pacar!”
“Emang belum, kamu sendiri?”
“Udah pernah sich, cuma sering putus, lebih suka sahabatan ama cewek”
“Oh gitu ya..”
“Gimana Ka?” tanya Fifi yang berusaha membuka BH saya.
“Enak Fi.. Sstss.. Saya boleh..” belum sempat Fifi menjawab, tangan saya sudah masuk ke dalam roknya dan membelai vaginanya yang masih memakai celana dalam.
“Sst.. Ka.. Ayo dong..” ajak Fifi menuntun tangan saya untuk masuk lebih dalam dan menyentuh vaginanya.
“Nikmat kok rasanya, saya sering pake kalau lagi nggak ada pasangan” jawab Fifi sambil membersihkan penis plastik itu untuk kami gunakan lagi.
“Gimana An, kamu coba dech, sini biar kucobain buat kamu..” bujukku pada Levana yang kelihatan masih ingin mencoba penis buatan ini selain gaya enam sembilan favorit Levana dan saya.
“Tenang saja, nggak sakit kok” kata saya meyakinkan Levana yang melihat saya sudah memasang kan celana dalam berpenis itu di kemaluan saya.
Pada jam empat pagi baru kami tidur
bersama, tentu saja dengan keadaan bugil dan kepuasan yang tiada tara.
Dan kembali tour kami lanjutkan untuk wisata ke pantai Sanur dan pantai
Kuta.

Cerita Lesbi: Liburan Bersama Dua Wanita Cantik Yang Menyukaiku
Nama saya Kartika, usia 25 tahun dengan tinggi 168 cm, berat 53 kg,
asli orang Bandung, kulit putih bersih. Ukuran payudara saya yang 34C
termasuk lumayan besar untuk gadis seusia saya.
Pekerjaan saya adalah sebagai manager
operasional di sebuah perusahaan terkenal di daerah saya. Saya ingin
mengeluarkan gelisah hati yang saya pendam selama ini, mudah-mudahan
saya bisa berbagi dengan pembaca sekalian.
Saya di kantor mempunyai sahabat yang
namanya Levana, sering saya panggil Ana. Orangnya supel, dan mudah
bergaul, tingginya 172 cm/53 kg, dengan kulit putih mulus, maklum orang
Menado asli, 34B ukuran payudaranya. Saya mempunyai kelainan ini sejak
masih gadis pada saat tinggal bersama kakak saya, Mbak Erni namanya.
Kapan-kapan saya ceritakan sejarah
lesbian saya, tapi saya juga suka cowok lho sama seperti gadis-gadis
lain. Hanya saja hampir tujuh puluh persen saya menyenangi cewek, saya
tidak mengerti mengapa saya begini, mungkin suatu saat saya bisa sembuh
total ya?!
Saya sering jalan bersama Ana kalau ada
undangan karena saya belum ada pasangan, banyak sih cowok yang naksir,
cuma saya masih enggan saja untuk berpacaran. Saya ingat betul awalnya
yaitu pada saat bulan Agustus 2004, sehabis pulang kantor.
“Ka, sini sebentar” panggil Ana pada saya sambil mendekatkan Mercynya.
“Ada apa Na?” tanya saya heran pada Ana.
“Boleh nggak minta tolong?”
“Tolong apa?”
“Itu lho, rumah saya khan sedang direnovasi..”
“Terus?”
“Ada apa Na?” tanya saya heran pada Ana.
“Boleh nggak minta tolong?”
“Tolong apa?”
“Itu lho, rumah saya khan sedang direnovasi..”
“Terus?”
“Mmh, boleh numpang nginep nggak di rumahmu?” tanya Ana ragu-ragu.
“Alaa, gitu saja nanya, boleh dong, sekarang?”
“Iya, boleh khan?” tanya Ana sekali lagi meyakinkan dirinya sendiri.
“Udah, nggak usah banyak omong, ayo jalan” perintah saya sambil tersenyum.
“Okey, trim’s ya”
“Alaa, gitu saja nanya, boleh dong, sekarang?”
“Iya, boleh khan?” tanya Ana sekali lagi meyakinkan dirinya sendiri.
“Udah, nggak usah banyak omong, ayo jalan” perintah saya sambil tersenyum.
“Okey, trim’s ya”
Maka setelah Ana mengambil baju
sekedarnya, kami berdua meluncur ke rumah saya yang memang agak jauh
dari kantor. Rumah saya mempunyai empat kamar, satu kamar untuk tamu dan
kamar saya di tengah, saya tinggal sendiri karena orang tua saya
tinggal di Surabaya.
“Na, ini kamarmu ya” kata saya sambil menunjukkan sebuah kamar padanya di ujung depan.
“Trim’s ya” jawabnya sambil masuk melihat-lihat kamar.
“Kutinggal dulu”
“Ya..” jawabnya sambil lalu.
“Trim’s ya” jawabnya sambil masuk melihat-lihat kamar.
“Kutinggal dulu”
“Ya..” jawabnya sambil lalu.
Saya kemudian menuju kamar untuk mandi
dan berganti baju, soalnya gerah sejak tadi. Sedang asyik-asyiknya saya
memilih BH, tiba-tiba Ana masuk ke kamar.
“Eh.. Maaf ka, lagi pake baju ya?”
katanya kaget melihatku masih memakai celana dalam berwarna merah dan
belum mengenakan BH sama sekali.
“Oh Ana, masuk Na, nggak apa-apa kok” jawab saya sambil tersenyum melihatnya yang masih memandangi payudara saya yang termasuk besar dan montok.
“Oh Ana, masuk Na, nggak apa-apa kok” jawab saya sambil tersenyum melihatnya yang masih memandangi payudara saya yang termasuk besar dan montok.
“Wah, badanmu seksi juga ya?” ujarnya.
“Tentu saja, habis saya rajin senam sich”
“Oh ya, ada film bagus nich, nonton yuk” ajak Ana sambil menggandeng saya untuk menonton TV di ruang tengah.
“Bentar Na, kuganti baju dulu ya” jawabku sambil memakai BH dan kaos longgar serta celana pendek.
“Kutunggu ya..”
“Ya”. Kemudian Levana sudah duduk di depan TV sambil makan camilan, sedang saya masih sibuk membereskan baju yang berserakan.
Malam itu Ana mengenakan daster kuning
hingga kelihatan kulit lengannya yang putih mulus, kadang-kadang karena
duduk kami yang mepet, Ana dengan tak sengaja menyenggol payudara saya
hingga perasaan saya jadi bertambah aneh. Mungkin karena acara TV yang
membosankan, saya jadi tak tertarik lagi, saya lebih tertarik
memperhatikan Ana saja.
Ternyata Ana yang memakai daster itu,
sudah tidak memakai BH lagi hingga tonjolan payudaranya kelihatan
mencuat ke atas, mungkin karena kami sama-sama perempuan, jadi Ana tidak
malu-malu lagi, bahkan kadang-kadang kakinya dinaikkan ke meja hingga
bawahan dasternya jadi tersingkap dan memperlihatkan celana dalamnya
yang berwarna putih.
Perasaan saya jadi lain hingga saya
memutuskan untuk ke kamar dan berganti baju dengan daster tanpa memakai
BH dan celana dalam juga, supaya bertambah nyaman kalau berdekatan
dengan Levana. Sungguh Levana itu gadis yang cantik seperti artis
mandarin. Saya kembali ke ruang tamu dan membawa kaset DVD untuk saya
tonton bersama Ana, siapa tahu saja Levana tertarik dengan filmnya dan
ingin mmh..
“Na, ganti ama DVD ya?”
“Film apaan tuch?”
“Ini, film romantis dari Jepang, pengin liat nggak?”
“Ya, bolehlah, abis acaranya nggak ada yang menarik sich”
“Film apaan tuch?”
“Ini, film romantis dari Jepang, pengin liat nggak?”
“Ya, bolehlah, abis acaranya nggak ada yang menarik sich”
“Okey, duduk dekat sini” pinta saya pada Ana untuk duduk di sofa agar nyaman menonton film itu.
Sebetulnya sich, itu film triple X dari
jepang mengenai seorang gadis yang mencintai guru wanitanya lalu mereka
bersetubuh dan bercinta dengan gaya yang romantis dengan berbagai macam
gaya. Volume TV dan AC saya perbesar hingga Ana mendekat dan mepet
dengan saya. Untung rumah sudah sepi karena pembantu sudah pulang semua
dan lagi rumah saya besar, jadi volume suara TV yang besar itu tidak
kedengaran lagi dari luar.
“Film BF ya?” tanya Ana tanpa menoleh pada saya.
“Tapi bagus lho, untuk pelajaran sex”
“Bagus, sich bagus, tapi saya jadi pengin nich” gumam Ana tak jelas karena napasnya yang makin berat dan diselingi suara orang bercinta dari TV yang makin kencang.
“Gimana kalau kupegang payudaramu” usulku.
“Tapi bagus lho, untuk pelajaran sex”
“Bagus, sich bagus, tapi saya jadi pengin nich” gumam Ana tak jelas karena napasnya yang makin berat dan diselingi suara orang bercinta dari TV yang makin kencang.
“Gimana kalau kupegang payudaramu” usulku.
“Hush, ngaco kamu Tika, kita ini sama-sama cewek tau” jawabnya sambil monyong, namun itu justru menambah gairah saya semakin tinggi.
“Daripada kamu megang sendiri, hayoo” jawab saya tak mau kalah sambil meraba payudaranya.
“Jangan, Tika.. Jangan..” teriaknya
keras karena kaget payudaranya saya pegang. Namun teriakannya tak
membuat saya jera, bahkan telinganya yang sensitif saya cium dengan
lembut.
“Kurang ajar kamu, sst..” tolaknya lemah dengan mendesis.
“Mmh..”
“Kurang ajar kamu, sst..” tolaknya lemah dengan mendesis.
“Mmh..”
Pergumulan saya dengan Ana berlangsung
seru, hingga beberapa menit Levana masih memberontak, tetapi karena
gairahnya sudah naik dan ditambah lagi dengan ciuman dan remasan saya
pada daerah sensitifnya, akhirnya Ana menyerah juga. Bahkan dengan sigap
membalas mencium bibir saya dengan ganas sambil meraba vagina saya yang
sudah mulai basah sejak tadi.
“Sst.. Mmh.. Tunggu..” potong saya menghentikan ciuman dan serangannya Ana.
“Hahh, ada apa Ka?”
“Buka dastermu..” pinta saya untuknya agar membuka daster, sementara saya juga telah membuka dasterku sendiri hingga bugil.
“Hahh, ada apa Ka?”
“Buka dastermu..” pinta saya untuknya agar membuka daster, sementara saya juga telah membuka dasterku sendiri hingga bugil.
“Wah, susumu besar juga ya?” kata Levana kagum melihat payudara saya yang sudah tegak, sambil juga melepaskan dasternya, bahkan celana dalamnya pun ikut dilepaskan juga hingga kami menjadi sama-sama bugil.
Dan kami pun kembali saling berciuman di
sofa tanpa mempedulikan film jepang itu. Saya mengambil inisiatif untuk
memulai mencium payudaranya.
“Sst.. Sst..”
“Mmh.. gantian..” rintih Ana karena tidak dapat menahan ciuman dan jilatan lidah saya pada payudaranya.
“Mmh.. gantian..” rintih Ana karena tidak dapat menahan ciuman dan jilatan lidah saya pada payudaranya.
Maka saya pun berganti posisi dengan Ana
yang menjilat payudara saya dengan semangat hingga vagina saya juga
ikut dibelai, bahkan jari-jarinya yang lentik keluar masuk ke dalam
lubang vagina saya dengan cepat hingga saya mengalami orgasme yang
pertama.
“Mmh.. Enak.. Na, cepetan.. Sst..”
rintih saya karena tak tahan lagi dengan permainan Ana yang begitu
hebat, bahkan Ana sekarang menjilat vagina saya dengan liar hingga
beberapa menit, saya semakin mendorong vagina saya ke arah mulutnya yang
sedang menghisap bagian dalam.
“Sstss.. pinggirnya.. ssts.. Ya.. yang i.. tu..” rintih saya terpatah-patah.
Tiba-tiba Levana menghentikan permainannya..
“Ada apa Na?”
“Kita coba yang seperti di film, mau khan?” usulnya.
“Boleh saja..” jawab saya senang karena memang senang dengan gaya enam sembilan.
“Kita coba yang seperti di film, mau khan?” usulnya.
“Boleh saja..” jawab saya senang karena memang senang dengan gaya enam sembilan.
Gaya enam sembilan itu maksudnya saya
yang berada di posisi atas menghadap Levana yang berada di posisi bawah
dengan saling menjilat vagina masing-masing, bahkan saking enaknya
hingga kepala saya terjepit oleh Levana yang rupanya juga telah
mengalami orgasme yang pertama. Kami melakukan pergumulan itu di sofa
hingga dua jam dan rupanya Levana pun puas atas permainan itu.
“Hahh, lega rasanya..”
“Gimana, enak nggak?”
“Enak juga ya”
“Mau lagi nggak?”
“Mau dong kalau caranya gitu” jawab Ana manja sambil mencium bibir saya gemas.
“Gimana, enak nggak?”
“Enak juga ya”
“Mau lagi nggak?”
“Mau dong kalau caranya gitu” jawab Ana manja sambil mencium bibir saya gemas.
Malam itu saya dan Levana menghabiskan
permainan yang seru itu di kamar, bahkan Ana tak henti-hentinya meremas
payudara saya dengan gemas, kadang-kadang saya puaskan Levana dengan
alat kelamin pria plastik, tentu saja alatnya yang bisa bergetar hingga
itu menambah nikmat percintaan saya dengan Ana. Beberapa ronde kami
lalui hingga pagi, juga di kamar mandi.
Keesokannya, seperti biasa saya sudah bersiap ke kantor dengan Levana.
“Ayo Na, udah siap belum?”
“Udah boss, ayo” gandeng Ana mesra sambil mencium bibir saya lembut.
“Hush, nanti dilihat orang lho”
“Iya ya..”
“Udah boss, ayo” gandeng Ana mesra sambil mencium bibir saya lembut.
“Hush, nanti dilihat orang lho”
“Iya ya..”
Maka sejak itu, saya dan Levana sering
bercinta di rumahnya atau rumah saya, bahkan pernah beberapa kali kami
bercinta di dalam mobil. Pada saat hari libur, Levana mengajak saya dan
beberapa temannya ikut berdarmawisata ke pulau Bali dan Lombok. Salah
satu di antaranya bernama Fifiani yang orang Malang.
“Tika, kamu ikut tour besok nggak?” tanya Levana.
“Tentu dong, yang ke Bali dan Lombok khan?” jawabku.
“Iya dong, eh.. kenalin nich, teman saya” ujar Levana memperkenalkan temannya.
“Fifiani” katanya memperkenalkan diri.
“Kartika Sari” jawab saya sambil menjabat tangannya yang kuning langsat itu.
“Ayo Na, sampai besok ya” jawab Levana menggandeng Fifiani.
“Tentu dong, yang ke Bali dan Lombok khan?” jawabku.
“Iya dong, eh.. kenalin nich, teman saya” ujar Levana memperkenalkan temannya.
“Fifiani” katanya memperkenalkan diri.
“Kartika Sari” jawab saya sambil menjabat tangannya yang kuning langsat itu.
“Ayo Na, sampai besok ya” jawab Levana menggandeng Fifiani.
Hari yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba,
saya dengan beberapa teman kantor jadi berwisata ke pulau Bali dan
Lombok, juga ada Fifiani dan Levana. Dari obrolan kami, saya ketahui
bahwa Fifiani itu umurnya baru 23 tahun, 172 cm/53 cm, dengan payudara
34C, orangnya cukup ramah dan sopan. Levana pernah bercerita pada saya
bahwa Fifiani adalah seorang lesbian sejati, sudah pernah beberapa kali
pacaran, namun kandas di jalan hingga hatinya hancur lebur.
“Ana, sini bentar Na” panggil saya pada Ana.
“Ada apa Tik”
“Tukeran duduk ya, Fifiani di sini dan tas ini di tempatmu, gimana?” usulku.
“Enak saja, kapan lagi kesempatan gini datang”
“Please dong, khan kamu udah lama kenal ama Fifiani”
“Iya dech, cuman aku boleh liat dong di sebelah..” canda Ana sambil mencolek payudara saya dengan gemas.
“Ada apa Tik”
“Tukeran duduk ya, Fifiani di sini dan tas ini di tempatmu, gimana?” usulku.
“Enak saja, kapan lagi kesempatan gini datang”
“Please dong, khan kamu udah lama kenal ama Fifiani”
“Iya dech, cuman aku boleh liat dong di sebelah..” canda Ana sambil mencolek payudara saya dengan gemas.
Akhirnya dalam bis itu, saya yang
mulanya duduk di belakang dengan tas besar entah siapa yang punya, dapat
kesempatan duduk dengan Fifiani yang cantik. Levana tak ketinggalan
duduk di sebelah dengan tas besar yang sudah saya pindahkan. Fifiani
dalam perjalanan itu memakai rok jins hitam dengan kaos merah mudanya,
sungguh serasi dengan bentuk tubuhnya yang proporsional.
Rupanya Fifiani atau yang biasa saya
panggil dengan Fifi senang curhat dengan saya, bahkan beberapa kali
matanya mengarah pada payudara dan bawah rok jins biru saya yang agak
naik ke atas, mungkin celana dalam saya yang berwarna putih polos
kelihatan, tapi saya cuek saja. Bahkan saya sengaja beberapa kali
menyingkap rok saya hingga paha saya yang putih kelihatan dengan jelas
hingga Fifi salah tingkah memperhatikan rok saya.
Malam itu kami sudah melewati kota
Probolinggo, saya lihat teman-teman sudah pada tidur karena kelelahan,
sementara Levana memperhatikan saya sambil mengedipkan matanya beberapa
kali. Di bis wisata itu yang duduk di belakang cuma saya, Levana,
seorang teman lain dan beberapa barang bawaan yang menumpuk, sementara
yang lain duduk di depan, tentu saja ada yang berpasangan.
Sementara itu Fifi rupanya sudah
tertidur pulas dengan kepalanya bersandar pada bahu kanan saya hingga
perasaan saya jadi tak enak karena napasnya yang harum dan lembut
tercium oleh saya, di samping itu posisi duduknya yang sungguh membuat
dada saya berdebar-debar karena kakinya menopang pada paha saya.
Dengan perlahan saya menyelimutinya
hingga kami berdua tertutup oleh selimut hingga cuma tinggal kepala saja
yang kelihatan. Tangan kanan Fifi saya pegang dan saya di tempatkan
payudara saya. tiba-tiba Fifi membuka matanya dan menatap saya tajam.
“Eh.. Eh.. Fi.. Belum tidur ya?” tanya saya tergagap-gagap karena kaget melihatnya bangun tiba-tiba.
“Iya Mbak, belum ngantuk nich” jawabnya tersenyum ramah dan tidak melepaskan tangannya dari payudara saya, padahal saya sudah horny.
“Jangan panggil Mbak dong, panggil Tika saja ya”
“Iya dech, Tika udah punya pacar belum?” tanyanya.
“Iya Mbak, belum ngantuk nich” jawabnya tersenyum ramah dan tidak melepaskan tangannya dari payudara saya, padahal saya sudah horny.
“Jangan panggil Mbak dong, panggil Tika saja ya”
“Iya dech, Tika udah punya pacar belum?” tanyanya.
“Belum, emangnya kenapa?”
“Masak, cewek secantik kamu belum punya pacar!”
“Emang belum, kamu sendiri?”
“Udah pernah sich, cuma sering putus, lebih suka sahabatan ama cewek”
“Oh gitu ya..”
“Ka, boleh nggak Fifi peluk?” pintanya.
“Boleh saja, terserah Fifi dech” gumam saya pelan karena Fifi dengan pelan meremas payudara saya dengan gemas, bahkan sudah masuk dalam BH saya dan meremasnya dengan lembut.
“Boleh saja, terserah Fifi dech” gumam saya pelan karena Fifi dengan pelan meremas payudara saya dengan gemas, bahkan sudah masuk dalam BH saya dan meremasnya dengan lembut.
“Sstss.. Fi..” desisku.
“Gimana Ka?” tanya Fifi yang berusaha membuka BH saya.
“Enak Fi.. Sstss.. Saya boleh..” belum sempat Fifi menjawab, tangan saya sudah masuk ke dalam roknya dan membelai vaginanya yang masih memakai celana dalam.
“Sst.. Ka.. Ayo dong..” ajak Fifi menuntun tangan saya untuk masuk lebih dalam dan menyentuh vaginanya.
Akhirnya saya dan Fifi saling meremas
payudara dan menyentuh vagina hingga Fifi duluan orgasme karena tak
tahan dengan jari-jari saya yang keluar masuk vaginanya dengan cepat.
Levana yang dari tadi memperhatikan saya, juga ikut-ikutan merogoh
payudaranya sendiri. Belum sempat saya orgasme, bis itu sampai Denpasar,
dan kami memesan kamar masing-masing untuk esok paginya kami lanjutkan
dengan pesiar keliling pulau Bali.
“Gimana nich Fi, saya khan belum..”
“Tenang saja Ka, gimana kalau kita tidur berdua?” jawab Fifi santai karena tahu bahwa saya belum puas.
“Iya dech”
“Saya boleh ikut nggak, boleh ya..” rengek Levana tiba-tiba mendekati kami.
“Boleh saja, gimana Fi, Ana boleh ikut nggak!?” tanya saya pada Fifi.
“Okey, pasti tambah asyik ya” jawabnya sambil mengedipkan mata pada saya.
“Tenang saja Ka, gimana kalau kita tidur berdua?” jawab Fifi santai karena tahu bahwa saya belum puas.
“Iya dech”
“Saya boleh ikut nggak, boleh ya..” rengek Levana tiba-tiba mendekati kami.
“Boleh saja, gimana Fi, Ana boleh ikut nggak!?” tanya saya pada Fifi.
“Okey, pasti tambah asyik ya” jawabnya sambil mengedipkan mata pada saya.
Jadilah saya memesan kamar bertiga dan
setelah kami diberi pengarahan dari pemandu wisata agar bangun jam
08.00, maka saya langsung masuk kamar. Setibanya di kamar dan menaruh
tas, saya peluk Fifi dan menghimpitnya ke tembok hingga payudara saya
yang montok menempel ketat pada payudaranya.
“Udah nggak sabar nich yee..” goda Ana sambil memeluk saya juga dari belakang dan langsung mencium leher saya dengan ganas.
“Fi.. Kamu..”
“Udah ka, ayo kita terusin yang tadi” jawab Fifi sambil melumat bibir saya dengan ganas.
“Mmh..”
“Fi.. Kamu..”
“Udah ka, ayo kita terusin yang tadi” jawab Fifi sambil melumat bibir saya dengan ganas.
“Mmh..”
Fifi yang mencium saya dengan ganas itu
juga tak kalah gesitnya mencoba kembali membuka BH saya yang akhirnya
terlepas juga ke bawah, tangannya dengan terampil kembali meremas-remas
payudara saya, di samping itu Ana berusaha melepas rok jins dan celana
dalam saya hingga saya yang pertama-tama bugil duluan.
Entah siapa yang memulai duluan,
tahu-tahu saya sudah berada di tempat tidur dengan payudara saya yang
dijilati Fifi dengan lincah, bahkan Ana pun juga sudah bugil dan
sekarang sedang menjilati vagina saya dengan lahap.
“Sst.. Uuh.. Mmh..” rintih saya keras
karena tak tahan diperlakukan oleh dua orang wanita cantik yang
menjilati bagian sensitif saya.
Beberapa menit kemudian saya pun tak
tahan dan mengalami orgasme yang pertama. Fifi juga minta ganti posisi
di bawah untuk kami kerjai yang saya bagi tugas dengan Ana, saya bagian
menjilat vaginanya dan Ana bagian payudara dan bibirnya. Beberapa menit
permainan itu kami lanjutkan dengan cara saling berganti posisi.
“Ka.. Sstss.. Geli.. Ahh.. Ssts”
“Ssts.. Mmh.. Jilat yang itu.. Ya..” rintih Fifi yang sedang berjongkok karena vaginanya dijilat oleh Ana.
“Sstss.. Go.. Yang.. Na.. Sstss..” desis saya meminta Ana yang vaginanya sedang saya gesek-gesekkan dengan vagina saya untuk menggoyang pinggulnya lebih keras.
“Ssts.. Mmh.. Jilat yang itu.. Ya..” rintih Fifi yang sedang berjongkok karena vaginanya dijilat oleh Ana.
“Sstss.. Go.. Yang.. Na.. Sstss..” desis saya meminta Ana yang vaginanya sedang saya gesek-gesekkan dengan vagina saya untuk menggoyang pinggulnya lebih keras.
Permainan demi permainan kami lewati
hingga akhirnya saya meminta Fifi memasang penis plastik yang bisa
bergetar itu pada vaginanya. Bentuknya seperti celana dalam yang di
tengahnya ada penis plastik.
“Sstss.. Pelan.. Fi.. Argh..” jerit saya karena Fifi memasukkan penis buatan itu terlalu cepat pada vagina saya.
“Mmh.. Gimana Ka, enak..?”
“Ssts.. Ya, ayo..” perintah saya setelah Fifi memasukkan penis plastik itu dan mendorongnya keluar masuk hingga saya merasa nikmat dan menjepit penis plastik itu dengan keras hingga dinding vagina saya berdenyut-denyut.
“Sstt.. Ayo.. Fi.. Lebih cepat lagi..” pintaku.
“Mmh.. Gimana Ka, enak..?”
“Ssts.. Ya, ayo..” perintah saya setelah Fifi memasukkan penis plastik itu dan mendorongnya keluar masuk hingga saya merasa nikmat dan menjepit penis plastik itu dengan keras hingga dinding vagina saya berdenyut-denyut.
“Sstt.. Ayo.. Fi.. Lebih cepat lagi..” pintaku.
“Sstss.. Mmh.. Sstss.. Argkk..” jerit
saya melengking karena cepatnya Fifi memasukkan penis plastik itu hingga
saya orgasme berulang-ulang yang ditambah lagi rangsangan pada payudara
saya yang dijilat dan dikulum oleh Levana sambil tangannya tak
henti-hentinya juga meremas payudara Fifi. Vagina saya mengeluarkan
lendir berwarna putih, sungguh banyak sekali.
“Lega rasanya, nikmat juga pake penis buatan..”
“Enak nggak rasanya Ka?” tanya Levana pada saya dengan mimik heran.
“Lho, kamu belum pernah toh An?” tanyaku.
“Belum tuch, biasanya sich cuma ama cewek saja”
“Enak nggak rasanya Ka?” tanya Levana pada saya dengan mimik heran.
“Lho, kamu belum pernah toh An?” tanyaku.
“Belum tuch, biasanya sich cuma ama cewek saja”
“Nikmat kok rasanya, saya sering pake kalau lagi nggak ada pasangan” jawab Fifi sambil membersihkan penis plastik itu untuk kami gunakan lagi.
“Gimana An, kamu coba dech, sini biar kucobain buat kamu..” bujukku pada Levana yang kelihatan masih ingin mencoba penis buatan ini selain gaya enam sembilan favorit Levana dan saya.
Malam itu kami bertiga menguras habis
energi untuk bercinta hingga ke kamar mandi, bahkan dengan senangnya
saya bisa memandikan Fifi yang paling muda di antara kami bertiga.
“Pelan-pelan ya masukinnya” pinta Levana cemas.
“Tenang saja, nggak sakit kok” kata saya meyakinkan Levana yang melihat saya sudah memasang kan celana dalam berpenis itu di kemaluan saya.
Permukaan penis plastik itu ada
bintik-bintiknya yang tidak beraturan dan saya juga tidak begitu
mengerti apa manfaatnya, mungkin saja untuk menambah rasa nikmat jika
bersentuhan dengan dinding vagina.
“Sst.. Mmh.. Sstss.. Aduh..” jerit Ana pelan karena penis itu terpeleset keluar bibir vaginanya.
Akhirnya seluruh penis plastik itu masuk
ke dalam vagina Ana yang masih sempit itu, mungkin Levana masih perawan
karena beberapa saat kemudian sedikit keluar darah. Memang selama saya
bersahabat dengan Levana,
Ana jarang bergaul dengan teman pria,
kebanyakan teman wanita seperti saya dan yang lainnya. Sedangkan Fifi
pergaulannya luas termasuk dengan pria hingga vagina Fifi sudah agak
melebar dibandingkan dengan vagina saya dan Levana.
“Na, kamu masih perawan ya?” tanya saya serius pada Levana.
“Eh.. Iya.. Berarti kamu yang pertama melakukannya, Sayang” jawabnya mesra sambil mencium saya dengan lembut.
“Mmh..”
“Eh.. Iya.. Berarti kamu yang pertama melakukannya, Sayang” jawabnya mesra sambil mencium saya dengan lembut.
“Mmh..”
Saya berusaha maju mundur mengikuti aksi
seperti yang di film BF, para pria memajumundurkan penisnya ke dalam
vagina si wanita. Sambil memasukkan penis buatan, saya meremas-remas
payudara Ana.
“Sstss.. Ter.. Us.. Sstss..”
“Sst.. Fi.. Ayo..” ajak Ana sambil mengajak Fifi untuk berciuman dengan saya.
“Sstss.. Sstss.. Mmh..”
“Sst.. Fi.. Ayo..” ajak Ana sambil mengajak Fifi untuk berciuman dengan saya.
“Sstss.. Sstss.. Mmh..”
Sambil berciuman dengan Fifi, saya
memasukkan penis plastik itu keluar masuk dengan irama yang teratur
hingga pantat Levana bergoyang pelan. Rupanya Ana menikmati permainan
penis plastik itu hingga meminta saya agar cepat menaikkan tempo keluar
masuknya penis plastik itu dalam vaginanya.
“Ayo fi, isap puting saya”
“Iya, Ka..”
“Sstss.. Mmh..” rintih saya agak keras karena Fifi bukan saja mengisap puting saya, bahkan menggigit puting saya dengan gemas hingga saya merasa nikmat dan mendorong penis plastik itu semakin cepat saja.
“Sstss.. Sstss.. Sstss.. Bagi.. An.. Sstss.. Itu..” desis Ana mengarahkan saya untuk menyodokkan penis itu pada bagian lubang vaginanya.
“Iya, Ka..”
“Sstss.. Mmh..” rintih saya agak keras karena Fifi bukan saja mengisap puting saya, bahkan menggigit puting saya dengan gemas hingga saya merasa nikmat dan mendorong penis plastik itu semakin cepat saja.
“Sstss.. Sstss.. Sstss.. Bagi.. An.. Sstss.. Itu..” desis Ana mengarahkan saya untuk menyodokkan penis itu pada bagian lubang vaginanya.
Permainan dengan Ana membutuhkan waktu
yang lama karena ia menahan irama birahinya hingga pinggul saya
pegal-pegal, kemudian setelah saya lelah, saya menyuruh Fifi untuk ganti
menindih Levana dengan penis plastik itu.
“Fi, gantian ya, saya capek nich”
“Ya, ayo sini” jawab Fifi sambil memasang penis itu dan langsung memasukkannya dalam vagina Levana dan mereka pun bermain dengan bernafsu hingga Fifi melahap bibir Ana dengan ganas.
“Ya, ayo sini” jawab Fifi sambil memasang penis itu dan langsung memasukkannya dalam vagina Levana dan mereka pun bermain dengan bernafsu hingga Fifi melahap bibir Ana dengan ganas.
Saya pun menyelipkan tangan di antara
payudara mereka dan meremas-remasnya supaya Ana cepat orgasme. Dan
akhirnya Levana melepaskan ciuman Fifi dan memintanya agar lebih cepat.
“Sstss.. Sstss.. Sstss.. Ayo.. Fi.. Cepetan..”
“Saya.. Sstss.. Mau.. Keluar.. Sstss..” rintih Levana hingga Fifi semakin mendorong dengan cepat penis plastik itu hingga Ana bergerak-gerak liar dan menjepit Fifi dengan kuat.
“Sstss.. Arghh..” jerit Levana melengking karena cairan putihnya akhirnya keluar juga untuk terakhir kalinya.
“Saya.. Sstss.. Mau.. Keluar.. Sstss..” rintih Levana hingga Fifi semakin mendorong dengan cepat penis plastik itu hingga Ana bergerak-gerak liar dan menjepit Fifi dengan kuat.
“Sstss.. Arghh..” jerit Levana melengking karena cairan putihnya akhirnya keluar juga untuk terakhir kalinya.
Liburan Bersama Dua Wanita Cantik Yang Sama-Sama Menyukai ku
Reviewed by Agung Andika
on
23.53
Rating:
Tidak ada komentar: