Kakak Ipar ku Yang Memiliki Tubuh Montok Sedang Dilanda Birahi
Cerita panas perselingkuhan dengan ipar yang sedang sange berat dengan judul “ Kakak Ipar ku Yang Memiliki Tubuh Montok Sedang Dilanda Birahi ” yang tidak kalah serunya dan dijamin dapat meningkatkan libido seks, selamat menikmati.
“Farhan… kamu…”, Mbak Wina menjerit melihat aku masuk ke kamarnya sementara dia sedang bugil dan lebih kaget lagi melihat aku tanpa celana dan mengacungkan penis ke arahnya.
“Habis memek Mbak enak sih….”, seruku di telinganya. Kakak ipar ku hanya melejat-lejat menikmati orgasmenya juga.
“Kamu memang gila Farhan, awas… jangan bilang siapa-siapa ya!”, serunya perlahan.
“Ya iyalah Mbak, masa’ mau cerita-cerita..”, candaku. Dia pun tertawa lepas.
“Kapan-kapan lagi ya Mbak…”, pintaku.
“Gila… kamu gila…” jeritnya sambil berjalan ke kamar mandi.
Aku memandang tubuh montok kakak ipar ku dengan senyum puas. Akhirnya tubuh impianku itu dapat kunikmati juga.

Kakak Ipar ku Yang Montok Sedang Dilanda Birahi
Aku punya seorang kakak ipar, sebut saja Wina namanya. Usianya sudah
36 tahun, lebih tua 5 tahun dari istriku. Mbak Wina, begitu aku
memanggilnya, sudah menikah dengan dua anak. Berbeda dengan istriku yang
cenderung kurus, Mbak Wina berbody montok dengan dada dan pantat yang
lebih besar dibanding istriku.
Rumah Mbak Wina tidak terlalu jauh
dengan rumahku sehingga aku dan istriku sering berkunjung dan juga
sebaliknya. Tapi aku lebih suka berkunjung ke rumahnya, karena di
rumahnya, Mbak Wina biasa memakai pakaian rumah yang santai bahkan
cenderung terbuka.
Pernah suatu pagi aku berkunjung, dia
baru saja bangun tidur dan mengenakan daster tipis tembus pandang yang
menampakkan buah dada besarnya tanpa bra. Pernah juga aku suatu waktu
Mbak Wina dengan santainya keluar kamar mandi dengan lilitan handuk dan
tiba2x handuk itu melorot sehingga aku terpana melihat tubuh montoknya
yg bugil. Sayang waktu itu ada istriku sehingga aku berlagak buang muka.
Suatu pagi di hari Minggu, aku diminta
istriku mengantarkan makanan yang dibuatnya untuk keponakannya,
anak-anak Mbak Wina. Tanpa pikir panjang aku langsung melajukan mobilku
ke rumah Mbak Wina, kali ini sendirian saja. Dan satu hal yang membuatku
semangat adalah fakta bahwa suami Mbak Wina sedang tidak ada di rumah.
Sampai di rumah Mbak Wina, semua masih
tidur sehingga yang membukakan pintu adalah pembantunya. Aku masuk ke
dalam rumah dan setelah yakin si pembantu naik ke kamarnya di atas, aku
mulai bergerilya.
Dengan perlahan aku membuka pintu kamar
Mbak Wina, dan seperti sudah kuduga, Mbak Wina tidur dengan daster
tipisnya yang bagian bawahnya sudah tersingkap hingga paha dan celana
dalam warna hitamnya. Aku meneguk ludah dan langsung konak melihat paha
montok yang putih mulus itu, apalagi lengkap dengan CD hitam yang
kontras dengan kulit putihnya.
Pagi itu aku sudah mempersiapkan segala
sesuatunya untuk bisa menjajal tubuh montok kakak ipar ku. Tekadku sudah
bulat untuk menikmati setiap lekukan tubuhnya. Setelah puas melihat
pemandangan di kamar, aku kemudian menuju meja makan di mana kulihat dua
gelas teh manis sudah terhidang, satu untukku dan satunya pasti untuk
Mbak Wina.
Dengan penuh semangat aku meneteskan
cairan perangsang yang kubeli beberapa waktu lalu ke dalam teh Mbak
Wina. Aku berharap wanita itu akan dipenuhi birahi sehingga tidak
menolak untuk aku sentuh.
Dewi keberuntungan memang sedang
memihakku pagi itu. Tak berapa lama, Mbak Wina bangun dan seperti biasa,
dengan santainya dia berjalan keluar kamar masih dengan daster minim
itu yang membuatku semakin tergila-gila. “Eh, ada Farhan, udah lama?”,
sapanya dengan suara serak yang terdengar seksi, seseksi tubuhnya.
“Barusan kok mbak, antar makanan buatan Rina”, jawabku sambil melihat
dengan jelas buah dada besarnya yang no-bra itu.
Mbak Wina memang sangat cuek, dia tidak
memperdulikan mataku yang nakal memandangi buah dadanya yang
menggelantung di balik daster tipisnya. Dengan gontai ia menuju meja
makan dan menghirup teh yang sudah kuberikan cairan perangsang. Menurut
teori, dalam waktu 5 sampai 10 menit ke depan, hormon progesteron Mbak
Wina akan meningkat dan ia akan terbakar nafsu birahi.
Setelah minum teh, Mbak Wina masuk ke
kamar mandi untuk cuci muka, pipis dan pastinya cuci meki lah, hehee.
Keluar dari kamar mandi, wajah Mbak Wina memang sudah lebih segar. Masih
dengan daster tipis yang memberikan informasi maksimal itu, dia
memanggil pembantunya dan menyuruh ke pasar. Wah, tambah perfect deh,
pikirku.
Setelah sedikit beraktivitas di ruang
makan, ia kembali ke kamar. Pasti dia akan ganti baju pikirku. Dengan
perlahan aku mengikuti di belakangnya. Dan benar juga seperti dugaanku,
Mbak Wina tidak menutup dengan baik pintu kamarnya. Dia begitu cuek atau
sengaja memberikanku kesempatan mengintipnya berganti baju.
Penisku semakin mengeras melihat Mbak
Wina menanggalkan dasternya dan … oh, rupanya obat perangsangku sudah
mulai bekerja. Mbak Wina tampak gelisah lalu mengusap-usap
selangkangannya dengan tangan.
Aku seperti diberi berkah pagi itu, Mbak
Wina benar2x seperti terangsang hebat. Dia dengan sedikit terburu-buru
melepas CD hitamnya sehingga kini ia benar2x bugil di kamar. Kemudian
kulihat ia mengusap-usap bagian meki dan sekitarnya dengan tangan. Wah…
tak akan kubiarkan dia melakukan masturbasi.
Dengan semangat 45 dan penuh percaya
diri, aku membuka celanaku dan membiarkan penisku yang sudah konak dari
tadi mengacung bebas.
Walau dengan sedikit canggung, aku beranikan diri membuka pintu kamarnya.
“Farhan… kamu…”, Mbak Wina menjerit melihat aku masuk ke kamarnya sementara dia sedang bugil dan lebih kaget lagi melihat aku tanpa celana dan mengacungkan penis ke arahnya.
“Daripada pakai tangan, pakai ini aja Mbak…”, pintaku seraya memegang batang penisku.
“Gila kamu, jangan kurang ajar”, sergahnya ketika aku mendekati tubuh bugilnya.
“Gila kamu, jangan kurang ajar”, sergahnya ketika aku mendekati tubuh bugilnya.
Mbak Wina menampik tanganku yang ingin
menjamahnya, tapi nafsu birahi yang membakar otaknya membuatnya tak
cukup tenaga untuk menolak lebih lanjut sentuhanku. Aku yakin kalau
birahinya sudah memuncak dan dia juga menginginkan sex denganku. Ketika
tanganku berhasil meraih buah dada dan meremasnya, dia hanya bilang
“Gila kamu!”, tapi tak sedikitpun menjauhkan tanganku untuk
meremas-remas buah dada dan memilin puting susunya.
Aku sudah merasa di atas angin. Mbak
Wina hanya bersumpah serapah, namun tubuhnya seperti pasrah. Setiap
sentuhan dan remasan tanganku di tubuhnya hanya direspon dengan kata
“kurang ajar” dan “gila kamu”, namun aku merasa yakin dia menikmatinya.
Dugaanku betul, Mbak Wina akhirnya dengan malu memegang batang penisku.
“Besar banget punya kamu Farhan”, serunya.
“Pingin masuk memek Mbak tuh…” jawabku.
Mbak Wina tersenyum manja,”Gila kamu!”
“Iya mbak, saya memang tergila-gila pada Mbak”, rayuku sambil terus memilin puting susunya yang sudah mengeras.
“Pingin masuk memek Mbak tuh…” jawabku.
Mbak Wina tersenyum manja,”Gila kamu!”
“Iya mbak, saya memang tergila-gila pada Mbak”, rayuku sambil terus memilin puting susunya yang sudah mengeras.
Mbak Wina semakin relaks dan pasrah.
Kini dengan sangat mudah aku bisa meraih daerah selangkangannya yang
berbulu tipis dan mulai meraba-raba vaginanya yang ternyata sudah becek.
“Kaya’nya memeknya udah minta nih Mbak”, kataku.
“Gila kamu!”, entah sudah berapa kali dia mengeluarkan kata itu pagi ini.
“Nungging Mbak, saya masukin dari belakang”, pintaku untuk doggy style.
“Gila kamu!”, entah sudah berapa kali dia mengeluarkan kata itu pagi ini.
“Nungging Mbak, saya masukin dari belakang”, pintaku untuk doggy style.
Mbak Wina masih dengan sumpah serapah
menuruti kemauanku. Kini pantat bahenolnya terpampang di hadapanku,
pantat yang selama ini aku impikan itu akhirnya bisa kuraih dan
kuremas-remas. Dengan perlahan, aku memasukkan batang penisku ke dalam
liang vaginanya. Tidak sulit tentu saja, maklum sudah punya dua anak dan
memang sudah becek pula.
Maka adegan selanjutnya sudah bisa
ditebak, Mbak Wina yang sudah terbakar birahi tentu saja orgasme lebih
dulu akibat pompa penisku pada vaginanya. Namun sekali lagi, pagi itu
memang milikku. Meskipun sudah orgasmu, kakak ipar ku yang montok itu
tetap penuh birahi meladeni permainanku sampai akhirnya kami merasakan
orgasme secara bersama. Nikmatnya luar biasaaaa.
“Sembarangan kamu numpahin sperma di memekku ya Farhan…”, jeritnya ketika aku memuncratkan spermaku ke dalam rahimnya.
“Habis memek Mbak enak sih….”, seruku di telinganya. Kakak ipar ku hanya melejat-lejat menikmati orgasmenya juga.
Selesai orgasme, seperti sepasang kekasih, kami berciuman.
“Kamu memang gila Farhan, awas… jangan bilang siapa-siapa ya!”, serunya perlahan.
“Ya iyalah Mbak, masa’ mau cerita-cerita..”, candaku. Dia pun tertawa lepas.
“Kapan-kapan lagi ya Mbak…”, pintaku.
“Gila… kamu gila…” jeritnya sambil berjalan ke kamar mandi.
Kakak Ipar ku Yang Memiliki Tubuh Montok Sedang Dilanda Birahi
Reviewed by Agung Andika
on
23.48
Rating:
Tidak ada komentar: